Yang kata mereka begitu menggoda
Yang kata mereka tak sabar mengecupnya
Peluh di sekujur tubuh belum lagi kering
Bersimbah anggur dan bir murah warung kopi
Tawa lelaki masih tertinggal di telingaku
Bau asam mereka masih tertancap di penciumanku
Bah...
Orang orang bilang aku pendosa
Mereka menyumpahku celaka
Tapi, bagaimana lagi?
Hidup semakin duka saja
Tanpa rupiah, sama saja kita berdiam di hampa udara
Biarlah, biarlah
Asal anakkku bisa meraup setangkup roti
Jangan sampai ia tahu, jangan sampai ia mengerti
Takkan sanggup bila ia membenciku sepenuh hati
Tuhan,
Mungkin memang suratan takdir mencatatku sebagai seorang pelacur...
**terinspirasi dari seorang kupu-kupu malam, yang berjuang melawan keras kehidupan**
31052011
nice poem!
BalasHapus