Jumat, 14 Oktober 2011

Senja, Rokok, dan Kau

Senja tadi baru saja kita berceloteh, ditemani angin, polusi, dan bergelas-gelas kopi hitam.

Senja tadi kita merenung, lalu kau tertawa-tawa, melepas sajak.

Aku terdiam, menyaksikan angin mencumbu anak rambutmu.

Menyaksikan gurat kasar di wajahmu

Menyaksikan puntung rokok yang terselip di bibirmu

Aku hirau pada lalu-lalang, pada pengamen-pengamen kecil bertelanjang kaki, mencari receh

Aku usah pada deringan nada pesan yang bersahut-sahut

Mataku terpaku, pada asap nikotin yang membumbung jauh. Pada kopi dan seruput satu-satu

Senja tadi, sampai batas ia sembunyi di balik cakrawala

Ketika sajak, prosa, dan canda berpadu hening semata.

Sampai pada ampas rokok ketiga

Sebetulnya aku benci, aku terlanjur cemburu

Pada rokok yang kau hisap dengan nikmat itu, ah...

Kalau saja itu bibirku!


19072011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar