
Kerinduanku membuncah
Pada lantai marmer yang dingin
Pada pilar-pilar kokoh berlapis emas
Pada keharuman air zam-zam
Sebagian jiwaku tertinggal di sana
Menari bersama kawanan burung-burung ababil
Lantunan dzikir, ayat-ayat yang syahdu
Lembut bagaikan sutra kiswah berbenangkan emas
Sungguh, kerinduanku memenuhi segenap jiwaku
Mengakar dalam relung-relung sanubari
Mengalir bersama derai airmata yang senantiasa tumpah ruah
Air terjun di lembah kerinduan
Lama aku dalam sujud panjangku,
Aku mendengar sang bilal dengan merdu berkata:
Rabbana walakal hamd...
Adzan yang mendayu-dayu
Lautan manusia yang berjalan seirama,
Mengelilingi suatu pusaran bernama Ka’bah
Berlari kecil di sepanjang Shafa-Marwah
Berlomba-lomba mencari cinta-Nya
Dan aku menyesal,
Saat belum sempat bagiku untuk merasakan wewangian
Batu hitam dari Surga
Saat belum sempat bagiku berlama-lama
Bercengkerama dengan Sang Kekasih
Di sana..... di bawah rembulan di langit Makkah
Aku rindu, Allah..... begitu pilu
Sudah tak sabar lagi
Ia menyentak-nyentak dalam denyut nadiku
-dalam kerinduan, 10 Jun. 10
Tidak ada komentar:
Posting Komentar